weblogUpdates.ping deddynoer: blog tutorial dan everything http://deddynoer.blogspot.com/ deddynoer tutorial blog dan everything: deddynoer: Katakan "TIDAK" for FREE-SEX and DRUGS

1.23.2009

deddynoer: Katakan "TIDAK" for FREE-SEX and DRUGS

Say No to Free Sex and Drugs’. Tulisan poster itu mendominasi perayaan Hari AIDS di seluruh dunia tanggal 1 Desember tahun 2008. Perayaan tahunan ini mengingatkan kita akan bahaya Human Immunodeficiency Virus (HIV). Suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan/ daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi/penyakit. Kalau sudah parah, tubuh penderita bakal menjadi sarang berbagai penyakit yang tak kunjung sembuh. Kondisi inilah yang disebut AIDS alias Acquired Immunodeficiency Syndrome.

Sejak pertama kali dikenali tahun 1981, HIV sudah membinasakan kontrak hidup lebih dari 25 juta orang pengidapnya. Kini, pengidapnya sudah melebihi 40 juta orang. Hal tersebut terungkap dalam laporan terakhir epidemi HIV/AIDS PBB yang disiarkan di New Delhi, India, Senin (21/11). (Metrotvnews.com, 21/11/05). Sementara di Indonesia, Jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai angka 8.251 orang.

Data itu berdasarkan hasil laporan Departemen Kesehatan per tanggal 31 September 2005. Dengan angka ini Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara pengidap HIV/AIDS terbesar di Asia setelah Cina dan Vietnam. (Indosiar.com, 08/11/05). Ini yang terdata lho. Yang belum terdata, mungkin lebih banyak lagi.

HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, atau air susu ibu. Ini artinya, perilaku seks bebas, penggunaan jarum suntik yang nggak steril di kalangan pecandu narkoba (IDU), transfusi darah, atau wanita hamil yang terjangkit HIV berisiko memberikan tongkat estafet mewabahnya HIV. Di antara perilaku yang memancing kehadiran HIV ini, Injection Drug Use (IDU) memimpin klasemen.

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), per 30 September 2005 dari 32 provinsi ada sekitar 600 ribu orang Indonesia terjangkit HIV/AIDS. Di Papua, penyebaran HIV melalui narkoba, jumlahnya mencapai 14 ribu atau 30 % dari total kasus. Di Pontianak, 70 % dari total kasus, dimana 3/4 dari mereka adalah pengguna narkoba. Di Bali 53 % dari pengguna narkoba suntik positif HIV. Dan di DKI Jakarta 48 persen pengguna narkoba suntik positif HIV.

HIV/AIDS itu belum ada obatnya. Sobat, meski para ilmuwan udah banyak ngabisin waktu untuk nyari penangkal HIV, ternyata hasilnya masih nihil. Berbagai tes klinis menunjukkan mayoritas pasien yang telah menerima vaksin pun, tetap menunjukkan gejala AIDS. Para ilmuwan menduga bahwa HIV mempunyai kemampuan untuk terus-menerus memutasikan dirinya sehingga antibodi yang sudah terbentuk tidak dapat mengenalinya lagi dan infeksi berlangsung terus tanpa bisa dihentikan (Chemistry.org). ‘cerdas’ juga ya? Kalau kita pikir, boleh jadi kemunculan virus HIV yang ‘cerdas’ dan mematikan ini sebagai peringatan dari Allah Swt. kepada para pelaku seks bebas, penyimpangan seks, atau pemakaian narkoba. Juga kepada masyarakat dan negara yang tidak perduli dengan kemaksiatan ini. Perilaku seks bebas yang lahir dari gaya hidup permisif alias serba boleh ini kian menjamur seiring masuknya budaya sekular-Barat ke negeri-negeri Muslim. Melalui jalan masuk kecanggihan teknologi dalam tv kabel dan internet, setiap orang dengan mudah mengakses segala info tentang seks. Nggak cuma teori, tapi merambah sampe tontonan yang dijadikan tuntunan.

Parahnya, kondisi yang memancing hasrat seksual ini seperti kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kemampuan negara untuk menyensor tayangan pornografi dan porno aksi yang beredar di televisi seolah tumpul di hadapan kebebasan pers yang diusung media massa. Penjualan atau penyewaan vcd/dvd porno tak pernah tuntas diberantas. Bahkan prostitusi yang udah jelas-jelas jadi penyakit masyarakat, dilegalkan dengan pemberian tempat lokalisasi. Kalo udah gini, sama aja ngasih dukungan bagi HIV untuk berkembang biak dari satu raga ke raga lainnya. Menyedihkan? Lebih menyedihkan lagi jika penularan virus mematikan ini menghampiri korban yang tidak berisiko menjadi pengidap seperti bayi dan pasien transfusi darah. Lantaran sang ibu atau kantung darahnya telah terinfeksi HIV. Juga kemunculan anak-anak yatim-piatu yang ditinggal mati orangtuanya akibat AIDS. Apakah kondisi seperti ini akan terus dibiarkan?

Wajib dihentikan
Pasti. Penyebaran HIV emang kudu kita stop. Banyak cara dilakukan orang-orang yang peduli untuk menghentikan laju wabah HIV. Seperti kampanye safe sex yang pernah dipopulerkan mendiang Harry Roesli melalui iklan layanan masyarakat. “Kenakan kondom atau kena!”. Ketika budaya seks bebas sulit dikendalikan, penggunaan kondom dijadikan andalan. Sehingga karet pengaman ini dengan mudah diperoleh di warung-warung. Malah ada penemuan yang menghadirkan mesin penyedia karet KB ini layaknya sebuah ATM yang ditempatkan di mal atau pusat perbelanjaan. Tapi benarkah alat pengaman ini bener-bener aman? Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom. Masa’ saringan pasir dipake buat nyaring beras? Hehehe...

Makanya kampanye safe sex with condom nggak akan pernah bisa menahan laju penyebaran HIV. Malah mungkin makin mempercepat. Soalnya para pelaku seks bebas ngerasa aman sehingga berani gonta-ganti pasangan. Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12 November 1995).

Cara lain yang modelnya kurang lebih sama adalah penerapan metode harm reduction di berbagai kantong pengguna narkoba. Metode harm reduction dalam jangka pendek berupaya mengurangi dampak buruk penularan HIV lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Caranya dengan menyuruh pengguna narkoba untuk tidak bergantian menggunakan jarum suntik yang sama, menyediakan jarum suntik steril, atau mengajari pengguna narkoba mensterilkan jarum suntik. Dalam jangka panjang, harm reduction memberikan penyuluhan dan berbagai upaya peningkatan life skill agar pemakaian narkoba berhenti. (Kompas, 19/05/05).

Sobat, dua model kampanye di atas merupakan ciri khas masyarakat kapitalis yang kian frustasi ngadepin wabah HIV. Demi mengurangi risiko terinfeksi HIV, mereka tega ngebiarin orang tetep terjerumus. Padahal seks bebas juga berisiko menyebarkan Penyakit Menular Seksual (PMS). Dan pengguna narkoba bisa OD dan madesu alias masa depan suram.

Kalau kita mau berpikir lebih jernih, tentu bukan toleransi terhadap seks bebas atau penggunaan narkoba yang dikampanyekan sebagai wujud kepedulian terhadap HIV/AIDS. Melainkan mendesak pemerintah agar melarang dengan tegas segala bentuk seks bebas, penyimpangan seks, dan narkoba serta mengkondisikan masyarakat agar dapat menjauhi perilaku maksiat itu. Dan satu lagi yang nggak boleh lupa, terapkan hukum Islam oleh negara. Akur dong? Pasti!

Kiat Islam menggasak HIV/AIDS
Sobat muda muslim, masyarakat mungkin frustasi ngadepin HIV yang tetep mewabah. Tapi kita selaku muslim, justru kudu optimis kalo Islam pasti punya jalan keluarnya. Pada masa Rasulullah saw., pernah ada satu daerah yang terjangkiti wabah penyakit tha’un (sejenis kolera.). Penyakit ini dengan mudah dan cepat menular kepada yang lainnya. Mendengar berita ini Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu mendengar waba’ (tha’un) sedang berjangkit di suatu tempat, maka jangan kamu masuk ke tempat itu. Dan jika berjangkit dalam negeri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka jangan kamu keluar daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan pada kita upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit menular ke orang lain. Sepertinya upaya ini juga bisa dipake untuk kasus HIV/AIDS. Ada baiknya jika pengidap HIV/AIDS dikumpulkan pada satu daerah dengan kelengkapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang memadai.

Meski terkesan agak ‘kejam’ dengan mengisolasi para ODHA bukan berarti mereka dikucilkan lho. Karena penyebaran virus HIV ini tidak melalui udara, jabatan tangan, atau sekeaar ngobrol, boleh jadi mereka tetep bisa sosialisasi dengan yang lain di luar komunitasnya. Negara tetep memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti yang lain. Hanya saja, dengan dikumpulkan di satu daerah, tentu penyebaran HIV akan lebih mudah terawasi oleh pemerintah. Sehingga diharapkan wabah HIV bisa lebih cepat ditangani oleh negara.

Bagi yang belum terinfeksi, tentu negara bakal gencar mensosialisasikan informasi seputar HIV/AIDS, bahayanya, dan cara menghindarinya. Selain itu, negara juga kudu turun tangan untuk ngebenahin kondisi yang bisa memancing orang ngeseks bebas dan make narkoba. Dengan menutup semua lokalisasi/pub/diskotik, mencekal tayangan erotis di televisi dan bioskop, dan pemberantasan narkoba tanpa kecuali. Ditambah pemberlakukan hukuman jilid (cambuk) atau rajam bagi pelaku seks bebas. Juga jilid plus penjara bagi bandar, penjual, pengedar, peracik, atau pengguna narkoba.

Semua langkah-langkah di atas akan terlaksana sesuai harapan kita kalo negara mau nerapin hukum Islam secara menyeluruh. Seperti diperintahkan Allah swt dan dicontohkan Rasulullah saw. Tapi kan negara kita sekarang bukan negara Islam? Itulah masalahnya. Ketika hukum Islam tidak lagi diperhatikan oleh negara, tidak sedikit rakyatnya yang ikut-ikutan tidak perduli. Akibatnya, kesengsaraan hidup seperti penyebaran HIV/AIDS bakal diperoleh. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam firmanNya:
Siapa saja yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS Thaahaa [20]: 123-124)

Untuk itu, mari kita sama-sama suarakan kebenaran Islam di tengah masyarakat. Kita desak negara agak mau pake sistem Islam untuk ngatur rakyatnya. Kita bongkar kebusukan sistem kapitalisme yang selama ini mengatur hidup kita. Kita lawan produk-produk sistem ini yang mengajak masyarakat untuk hidup sekuler, serba boleh (permissif) dalam berbuat demi meraih keuntungan, gaya hidup hedonis, atau memuja materi dan kesenangan dunia.
Safe Our Live With Islam!